Jumat, 22 Juni 2012

fungsi organisasi

Salam keyakinan . berilmu sebelum beramal adalah prinsip yang harus kita pertahankan dalam menjalani aktivitas berorganisasi, agar pekerjaan kita tidak sirna begitu saja tanpa ada pahala yang menghampiri kita, dan juga agar produktivitas terhadap organisasi yang kita singgahi bisa muncul. mencuat pertanyaan yang sangat mendasar tentang bagaimana fungsi mm ini secara keseluruhan dan cara menjelaskan pada orang lain bahwa mm ini organisasi yang baik. 
mencoba untuk sharing berkenaan dengan fungsi pokok organisasi ini, setidaknya ada 3 komponen. pertama tanmiyatul kaffa'ah (pengembangan potensi), tentu pengembangan potensi ini tidak terjadi begitu saja tanpa melalui sejumlah proses yang telah direncanakan secara sadar, sistematis dan integral. tegak kan islam dalam hatimu supaya ia tegak di bumimu, artinya keterlibatan kita dalam proses itu merupakan bukti konkret kita bahwa kita ingin menegakan islam dalam hati secara ikhlas. sarana dan suplemen kaderisasi akan memproses diri kita menjadi pribadi yang islami dan penggerak kebenaran hakiki. satu hal yang saya ingin tekankan bahwa mm ini sebagai wajihah amal am memiliki kerja spesial yang berbeda dengan yang lain, berbeda dalam arti kita insya alloh akan mendapatkan reward dari sang maha pemberi reward bukan hanya di bumi ini melainkan di akhirat kelak, amiien. kerja spesial itu berupa membangkitkan kembali kebanggan berislam dan menghidupkan kembali hal-hal mendasar dalam ajaran islam ini karena ini merupakan hal yang substansi. metode robtul am harus terus di update untuk mengikuti perkembangan zaman.
kedua, setelah individu ini sudah terkonstruk pemahaman ke islamanya secara mapan maka tugas nya adlah nasrul fikroh. tentu dalam tugas ini kita harus menguasai prasarana kaderisasi sebagai wasilah untuk beramal
secara muntij. dan yang ketiga adalah kasbul maisyah (mencari dana).

Selasa, 19 Juni 2012

konsisten dalam organisasi

assalamualaikum wr.wb
dalam kehidupan berorganisasi yang namanya konsistensi sangat diperlukan untuk menjalani roda organisasi atau bahkan meningkatkan produktivitas organisasi tersebut. pertanyaan nya bagaimana agar kita bisa terus konsisten dalam mengikuti aktivitas organisasi, karena banyak juga orang-orang yang berguguran di jalan organisasi, hemat saya kita harus terus terlibat dalam pertemuan-pertemuan sekecil apapun bukan hanya terlibat dalam acara besar, dan kita harus menjaga kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan oleh organisasi tersebut untuk ketahanan SDM yang ada didalamya.
konsisten dalam bahasa langitnya adalah Istiqomah. dalam Q.S Ali Imran 113-115 disebutkan bahwa untuk menjaga istiqomah dan senantiasa berada pada jalan yang lurus kita perlu melakukan hal-hal tertentu seperti banyak bertilawah dan sujud di malam hari. sebab orang-orang yang berada pada jalan yang lurus adalah orang-orang yang senantiasa dari waktu ke waktu melakukan tazkiyatun nafs (mensucikan jiwa), karena kualifikasi untuk berada pada jalan yang lurus adalah orang memilki jiwa yang bersih dan kuat. 
sujud di malam hari untuk membangun daya pengaruh kita bagi lingkungan di sekitar dan membangun kebermanfaatan ilmu dan kepribadian kita. karena orang yang bisa sujud di malam hari adalah orang yang memiliki kemauan yang kuat dan insya alloh akan memilki daya nalar yang tinggi. 
kita mengenal ada yang disebut hukum kelembaman, yang berbunyi jika salah satu benda bergerak maka akan terus bergerak sebaliknya jika benda itu diam maka akan cenderung diam terus. logika ini saya akan analogikan dalam perintah untuk melakukan sujud di malam hari. orang-orang yang mampu sujud di malam hari adalah mereka yang sudah konsisten dalam melakukan solat lima waktu berjamaah di masjid, maka konsekuensi logis dari amalan itu adalah dia akan terus melakukan amalan yang lebih baik lagi, dia tidak akan merasa cukup dengan amalan yang sudah dilakukan, akan terus bergerak pada amalan selanjutnya.
poin ketiga, bagaimana agar kita bisa istiqomah pada jalan yang lurus adalah kita senantiasa melakukan amar ma'ruf nahi munkar (berdakwah), selalu mengajak seseorang untuk melakukan kebaikan. prinsip nya perbaiki diri dan serulah orang lain, tidak hanya soleh secara pribadi tetapi juga terus berupaya untuk menciptakan soleh sosial.
semoga kita senantiasa menjaga ketiga hal tersebut agar bisa istiqomah pada jalan yang lurus.

Rabu, 06 Juni 2012


“BLM (bukan) Elemen Mahasiswa yang Tidak Ada Kerjanya”
_____________________________________________
Apa yang akan Anda jawab, jika ada orang yang menanyakan kepada Anda tentang Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) ? Mungkin Anda menjawab, BLM adalah lembaga mahasiswa tertinggi di kampus tingkat fakultas sebagai perwakilan dari seluruh mahasiswa, yang bertugas mengawasi  kinerja dan pengelolaan keuangan Badan Eksekutif Mahasiswa serta elemen mahasiswa lainnya. Namun, mungkin ada juga beberapa dari Anda yang akan menjawab bahwa BLM adalah elemen mahasiswa yang tidak ada kerjanya. Bisa jadi benar, bisa juga tidak benar. 
Paling tidak 2 tahun terakhir ini, kita sebagai mahasiswa ,  merasakan bahwa BLM kurang memiliki peran dalam kehidupan kemahasiswaan kampus. Bisa jadi kita yang kurang mengikuti perkembangan aktivitas BLM (“kurang” bukan berarti “tidak sama sekali”), atau mungkin juga karena kurangnya publikasi aktivitas BLM melalui media kampus. Saya yakin, bahwa BLM bukanlah elemen mahasiswa yang tidak ada kerjanya, bahkan sebaliknya, memiliki tugas dan tanggungjawab yang amat besar dan banyak. Jadi, untuk sementara kita berkesimpulan, bahwa kita lah yang kurang mengikuti gerak aktivitas BLM dalam dinamika kampus, bukan BLM yang tidak memiliki peran.
Jika demikian, lantas apa sebenarnya peran BLM dalam dinamika kampus? BLM memiliki fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran dalam ranah mahasiswa. Fungsi legislasi dijalankan dengan membentuk regulasi yang mengikat lembaga mahasiswa yang terhimpun dalam Keluarga Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KM FKIP). Selain itu, BLM juga memiliki fungsi pengawasan yang dilakukan dengan pembentukan komisi-komisi dalam tubuh BLM guna mengawasi kinerja departemen-departemen di Badan Eksekutif Mahasiswa. Tak kalah pentingnya adalah fungsi anggaran, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh alat kelengkapan BLM yang bersifat tetap, yang dibentuk oleh BLM.
Semua fungsi tersebut dapat bekerja dengan baik dan efektif bila didukung oleh informasi-informasi yang berasal dari mahasiswa. Artinya untuk mendapatkan informasi tersebut, menjadi sebuah keharusan bagi anggota BLM untuk sering bertukar pikiran dengan mahasiswa konstituennya, mengenai dinamika kampus. Bertanya tentang apa yang diinginkan oleh mahasiswa, mendengar apa yang diharapkan mahasiswa, “membaca” isu yang mencuat di lapangan, mengumpulkan segala bentuk aspirasi yang dicurahkan konstituennya, yang sebenarnya adalah rekannya sendiri sesama mahasiswa. Terdengar sangat mudah ya? Dalam kenyataannya hal ini sangat susah dilakukan. Namun saya yakin, meski susah, Insya Allah bisa dilakukan!
Sangat penting bagi anggota BLM memiliki kemampuan mendengar sebaik kemampuan berbicara. Kemampuan mendengar inilah yang menjadi senjata pamungkas bagi suksesnya BLM menjalankan peran dalam dinamisasi kehidupan kampus.  Dengan kemampuan ini, aspirasi mahasiswa terserap dan kemudian dapat ditindaklanjuti melalui alat apa saja, bisa melalui rapat, regulasi, teguran kepada BEM atau lembaga mahasiswa lainnya, perbaikan diri sendiri, atau bahkan kepada dekanat.
Selain itu, tindakan nyata merupakan sebuah keniscayaan. Jika hanya mendengar dengan benar-benar mendengar, tanpa adanya tindakan solutif, maka efektivitas kinerja BLM akan diragukan dan mahasiswa tidak lagi percaya pada para wakilnya di BLM, karena merasa tidak ada respon sesuai harapan. Namun perlu digarisbawahi pula bahwa tidak semua aspirasi butuh tindakan nyata. Diperlukan proses lainnya untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang yang multitalent untuk menduduki amanah jabatan sebagai anggota BLM, yang mampu mendengar, mencerna informasi, dan menghasilkan keputusan yang tepat. Tugas yang sangat berat bagi sebuah elemen mahasiswa tertinggi di kampus tingkat fakultas Sesuai dengan nature-nya, semakin tinggi kedudukan, semakin besar dan berat tanggungjawab yang dipikulnya. 
Tak lepas dari usaha mandiri BLM untuk memperbaiki dinamika kehidupan kampus, adalah dukungan penuh dari segenap mahasiswa FKIP UNSIL yang BLM butuhkan. Jika sedemikian keras usaha yang BLM telah lakukan, namun kurang mendapatkan dukungan dari mahasiswa, maka usaha BLM ini bagaikan bertepuk sebelah tangan. Tidak akan menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, saya mengajak kepada kita semua, seluruh elemen mahasiswa, bersama kita membangun kehidupan kemahasiswaan kampus FKIP UNSIL yang lebih baik!

“BLM (bukan) Elemen Mahasiswa yang Tidak Ada Kerjanya”
_____________________________________________
Apa yang akan Anda jawab, jika ada orang yang menanyakan kepada Anda tentang Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) ? Mungkin Anda menjawab, BLM adalah lembaga mahasiswa tertinggi di kampus tingkat fakultas sebagai perwakilan dari seluruh mahasiswa, yang bertugas mengawasi  kinerja dan pengelolaan keuangan Badan Eksekutif Mahasiswa serta elemen mahasiswa lainnya. Namun, mungkin ada juga beberapa dari Anda yang akan menjawab bahwa BLM adalah elemen mahasiswa yang tidak ada kerjanya. Bisa jadi benar, bisa juga tidak benar. 
Paling tidak 2 tahun terakhir ini, kita sebagai mahasiswa ,  merasakan bahwa BLM kurang memiliki peran dalam kehidupan kemahasiswaan kampus. Bisa jadi kita yang kurang mengikuti perkembangan aktivitas BLM (“kurang” bukan berarti “tidak sama sekali”), atau mungkin juga karena kurangnya publikasi aktivitas BLM melalui media kampus. Saya yakin, bahwa BLM bukanlah elemen mahasiswa yang tidak ada kerjanya, bahkan sebaliknya, memiliki tugas dan tanggungjawab yang amat besar dan banyak. Jadi, untuk sementara kita berkesimpulan, bahwa kita lah yang kurang mengikuti gerak aktivitas BLM dalam dinamika kampus, bukan BLM yang tidak memiliki peran.
Jika demikian, lantas apa sebenarnya peran BLM dalam dinamika kampus? BLM memiliki fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran dalam ranah mahasiswa. Fungsi legislasi dijalankan dengan membentuk regulasi yang mengikat lembaga mahasiswa yang terhimpun dalam Keluarga Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KM FKIP). Selain itu, BLM juga memiliki fungsi pengawasan yang dilakukan dengan pembentukan komisi-komisi dalam tubuh BLM guna mengawasi kinerja departemen-departemen di Badan Eksekutif Mahasiswa. Tak kalah pentingnya adalah fungsi anggaran, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh alat kelengkapan BLM yang bersifat tetap, yang dibentuk oleh BLM.
Semua fungsi tersebut dapat bekerja dengan baik dan efektif bila didukung oleh informasi-informasi yang berasal dari mahasiswa. Artinya untuk mendapatkan informasi tersebut, menjadi sebuah keharusan bagi anggota BLM untuk sering bertukar pikiran dengan mahasiswa konstituennya, mengenai dinamika kampus. Bertanya tentang apa yang diinginkan oleh mahasiswa, mendengar apa yang diharapkan mahasiswa, “membaca” isu yang mencuat di lapangan, mengumpulkan segala bentuk aspirasi yang dicurahkan konstituennya, yang sebenarnya adalah rekannya sendiri sesama mahasiswa. Terdengar sangat mudah ya? Dalam kenyataannya hal ini sangat susah dilakukan. Namun saya yakin, meski susah, Insya Allah bisa dilakukan!
Sangat penting bagi anggota BLM memiliki kemampuan mendengar sebaik kemampuan berbicara. Kemampuan mendengar inilah yang menjadi senjata pamungkas bagi suksesnya BLM menjalankan peran dalam dinamisasi kehidupan kampus.  Dengan kemampuan ini, aspirasi mahasiswa terserap dan kemudian dapat ditindaklanjuti melalui alat apa saja, bisa melalui rapat, regulasi, teguran kepada BEM atau lembaga mahasiswa lainnya, perbaikan diri sendiri, atau bahkan kepada dekanat.
Selain itu, tindakan nyata merupakan sebuah keniscayaan. Jika hanya mendengar dengan benar-benar mendengar, tanpa adanya tindakan solutif, maka efektivitas kinerja BLM akan diragukan dan mahasiswa tidak lagi percaya pada para wakilnya di BLM, karena merasa tidak ada respon sesuai harapan. Namun perlu digarisbawahi pula bahwa tidak semua aspirasi butuh tindakan nyata. Diperlukan proses lainnya untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang yang multitalent untuk menduduki amanah jabatan sebagai anggota BLM, yang mampu mendengar, mencerna informasi, dan menghasilkan keputusan yang tepat. Tugas yang sangat berat bagi sebuah elemen mahasiswa tertinggi di kampus tingkat fakultas Sesuai dengan nature-nya, semakin tinggi kedudukan, semakin besar dan berat tanggungjawab yang dipikulnya. 
Tak lepas dari usaha mandiri BLM untuk memperbaiki dinamika kehidupan kampus, adalah dukungan penuh dari segenap mahasiswa FKIP UNSIL yang BLM butuhkan. Jika sedemikian keras usaha yang BLM telah lakukan, namun kurang mendapatkan dukungan dari mahasiswa, maka usaha BLM ini bagaikan bertepuk sebelah tangan. Tidak akan menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, saya mengajak kepada kita semua, seluruh elemen mahasiswa, bersama kita membangun kehidupan kemahasiswaan kampus FKIP UNSIL yang lebih baik!